Gk7qp1DNYQGDurixnE7FWT3LyBvSK3asrvqSm057
Bookmark

Menanggapi Artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?"

Calon Guru berbagi catatan terkait tanggapan kepada artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?". Saya baca di "Komunitas Ayah Edy" dan "Forum Guru Republik Indonesia" atau Anda pernah membacanya di forum-forum lain, di blog, atau di website lain.

Bagi Anda yang belum pernah membaca artikelnya dapat membacanya dibawah ini, tapi kalau sudah lewati saja..

MENGAJARKAN ANAK PANDAI BERHITUNG, SEBERAPA PENTING? (Penting untuk di baca oleh PARA ORANG TUA, GURU DAN MENDIKNAS)

Seorang guru di Australia pernah berkata:
"Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika" kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri."
"Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?" Kerena yang terjadi di negara kita justru sebaliknya.

Inilah jawabanya;

  1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
  2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.
  3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

"Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?"
"Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;"

  1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
  2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
  3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting.
  4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
  5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
  6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
  7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
  8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
  9. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
  10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
  11. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
  12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain

Dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.
Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.

Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

  1. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk "menyusup" ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata "Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!"
  2. Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata "Dasar Penakut", karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
  3. Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.
  4. Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.
  5. dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga.?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?

Ah sayang sekali jika orang tua, guru, dan Kementrian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya. Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.

Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral. ?

Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini ?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia.

Yuk kita ajari anak kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik,

Yuk kita mulai dari keluarga kita terlebih dahulu,... mau ?

Salam syukur penuh berkah

Ayah Edy


Artikel di atas sangat bagus, tetapi artikel di atas tidak memberikan jawaban pasti terhadap seberapa pentingnya berhitung. Melalui artikel berikut ini saya jawab SANGAT PENTING, berhitung tidak sesulit yang kita bayangkan tetapi tergantung dari apa yang ingin kita hitung.

Untuk masalah antri seperti yang di tekankan di artikel di atas (tapi sayang nama guru di Australia-nya tidak disebutkan). Saya rasa budaya antri hanya berlaku pada saat keadaan yang antri dalam keadaan sama baik. Artinya budaya antri tidak bisa dipakai jika keadaan tidak sama baik, misalnya ketika kita antri untuk beli makanan dan dibelakang kita juga antri seorang nenek tua yang sudah berumur. Dengan keadaan seperti ini apakah tetap kita berlakukan budaya antri tersebut?

Sekarang, coba kita kaitkan antri dengan konsep matematika. Pada perhitungan matematika ada yang dikatakan operasi aljabar memiliki 'posisi sama' atau gampangnya dikatakan 'sama kuat' yaitu Penjumlahan sama kuatnya dengan Pengurangan atau Perkalian sama kuatnya dengan Pembagian. Jika dalam operasi perhitungan penjumlahan dan pengurangan sekaligus diberikan tanpa tanda kurung (pengecualian) maka secara umum perhitungan dimulai dari yang paling kiri.

Kita ambil sebagai contoh:
$5 - 6 + 8 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3 = \cdots$
Salah satu cara dalam menyelesaikan soal di atas adalah kita kerjakan mulai dari yang pertama (yang paling kiri) sehingga penyelesaiannya menjadi:
$\begin{align} & 5 - 6 + 8 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3 \\ & = - 1 + 8 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3 \\ & = 7 - 4 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3 \\ & = 3 + 3 + 5 - 2 + 7 - 3 \\ & = 6 + 5 - 2 + 7 - 3 \\ & = 11 - 2 + 7 - 3 \\ & = 9 + 7 - 3 \\ & = 16 - 3 \\ & = 13 \end{align}$

Konsep pengerjaan soal di atas jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari maka budaya antri itu bukan suatu hal yang sulit jika kita paham bermatematikanya, bisa saya katakan kita hanya lemah dalam bermatematika sehingga kita tidak mampu menerapkan konsep matematika yang baik itu ke dalam kehidupan kita.

Contoh lain penerapan konsep matematika tentang Matematika dan Harapan, Matematika dan Kekuasaan, Dengan Operasi Matematika Merubah Dunia dan lain sebagainya yang mungkin sangat paham dengan matematika bisa menambahkannya.

Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting

Terakhir saya mau menekankan, kita jangan menghubungkan matematika dengan yang sulit saja karena ketika hitungan itu sangat mudah Anda jangan menganggap itu bukan berhitung atau bukan matematika.

Seperti jawaban argumen guru Australia misterius di atas yang nomor 2, dia mengatakan "Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb." Dari pendapat ini artinya matematika tanpa kecuali sangat diperlukan oleh semua profesi, apakah kita akan menghindari matematika yang sangat dibutuhkan semua profesi?.

Bagaimana masyarakat Indonesia menanggapi pernyataan guru Australia misterius tersebut banyak yang salah tafsir. Sikap yang baik dan pengetahuan yang baik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan mana yang paling penting untuk membangun sebuah negara, kedua hal tersebut sama pentingnya. Saran dan kritik kami terima.

Catatan tentang Menanggapi Artikel "Mengajarkan Anak Pandai Berhitung, Seberapa Penting?" di atas agar lebih baik lagi perlu catatan tambahan dari Anda. Untuk catatan tambahan atau hal lain yang perlu diketahui admin, silahkan disampaikan dan contact admin 🙏 CMIIW.

JADIKAN HARI INI LUAR BIASA!
Ayo Share (Berbagi) Satu Hal Baik.
Matematika adalah bahasa plus penalaran. Ini seperti bahasa ditambah logika. Matematika adalah alat untuk bernalar.
Richard P. Feynman
close